Friday, February 11, 2005

Produk Asing

Hijrah yang kecil mungkin untuk tidak mengkonsumsi makanan/minuman produk musuh-musuh Islam. Mereka pasti akan gulung tikar bila produk mereka tidak laku dijual. Bukankah untuk menuju tangga yang teratas harus memulai dulu dari tangga yang dibawah. Mulailah dari yang terkecil, pinjem istilah da'i kondang.
Wallahu a'lam bishshawab.

2 comments:

Anonymous said...

Menggunakan isu agama dalam menutupi inferioritas golongan sendiri tentu tidak bijak.Saya rasa apabila "umat Islam" memiliki produk bersaing, konsumen cerdas juga akan membandingkannya secara rasional.Sama dengan kampanye "cintai produk dalam negeri", lha wong kualitasnya (dulu) rata-rata buruk, bagaimana? Dan sebaliknya, saat ini, pada saat kualitas produk-produk "lokalan" sudah oke, orang juga akan membandingkan secara rasional....dari sisi kualitas, harga, purna jual, dll.Dan itu tidak perlu kampanye yg membawa-bawa golongan....


Satu lagi, saya ingin komentari.Alangkah baiknya apabila kita ini lebih "selektif" dalam memilih "dasar berpikir".Wacana boikot memboikot yg dimunculkan ulama semisal Yusuf Qardhawi, tentu tidak bisa sembarangan dijustifikasi sebagai "bagian dari agama" hanya karena beliau "berstatus ulama"......lalu sembarangan menyatakan pendapat pribadi yg tidak ada contoh sunnahnya dari Rasul (yg ada Rasul itu TIDAK SETUJU boikot dijadikan salah satu strategi perang <--- baca hadits Imam Muslim), lalu Yusuf Qardhawi berfatwa bahwa pendapat pribadi tsb sama mutlaknya dengan kewajiban shalat 5 waktu (dengan menyatakan hal tsb adalah fardhu 'ain)......tentu lagi-lagi tidak bijak.....

Ibaratnya, seandainya pendapat boikot itu akan mengahancurkan ribuan penghasilan umat Islam Indonesia saat ini (yg tidak bisa dengan mudah mencari pekerjaan lain), lalu "dipaksa" begitu saja, apa bedanya dengan kita menghalalkan "meledakkan kapal untuk membunuh 5 orang Yahudi, padahal ada 95 orang muslim di dalamnya"?

Dan jangan lupa lho, Yusuf Qardhawi itu di Mesir juga bukan tergolong kepada "ulama yg disegani"......tapi lebih kepada "ulama kontemporer".......mungkin seperti Cak Nur di sini.........


Intinya, saya cuma mau sumbang opini & mudah-mudahan tausyiah lah......apabila ingin mengikuti sebuah pemikiran, harap diuji dulu......


Salam.


Saya@hermansuwanda.cjb.net

Anonymous said...

Terkadang malah ini dijadikan sebagai alat marketing. Misalnya dulu sempat beredar "Jangan beli Coca Cola, karena Coca Cola itu miliknya orang Amerika, dst." Lalu.. kenapa yang di gembar gemborkan cuman Coca Cola. Bisa jadi ini cuman trik marketingnya Pepsi yang notabene asalnya juga dari sana. Saya lebih setuju dengan persaingan yang sehat saja lah.. tanpa melihat siapa yang buat. Mungkin suatu saat kita di hadapi 2 products yang sama, yang berkwalitas sama, yang harganya sama, yang serba sama... tapi ternyata satu yang memproduksi orang islam , satu lagi non islam... nah tentunya alangkah lebih baik kalo kita pilih produksi orang islam....